Stabilkan Harga Beras Gubernur Jatim Gelar Sidak Beras ke Pasar Tradisional

M

elonjaknya harga beras sejak Februari lalu rata-rata 10-20% memaksa pemerintah untuk segera turun tangan dengan melakukan operasi pasar terutama di pasar tradisional sebelum laju kenaikan harga beras semakin tak terkendali. Salah satu faktor ketidakstabilan harga beras di pasaran karena tidak adanya masa panen atau paceklik pada Desember 2014, Januari dan Februari 2015.

Setelah seminggu operasi pasar beras yang diadakan Pemprov Jatim maupun pemkot/pemkab bersama Bulog harga beras pun perlahan turun. Gubernur Soekarwo menjamin harga bahan pokok itu stabil setidaknya sampai akhir Bulan Maret. Hal tersebut disampaikan orang nomor satu di jajaran pemerintah Jatim saat operasi pasar di Soponyono, Rungkut 5 Maret 2015 yang lalu.

Gubernur Soekarwo mengatakan bulan ini merupakan masa panen padi di Jatim. Setidaknya sekitar 500 ribu hektar dipastikan panen, ada sekitar 3,5 juta ton beras yang akan dihasilkan dipanen raya bulan ini dengan total hasil panen Jatim pertahun mencapai 7,8 juta ton. Dengan demikian, Jatim selalu surplus sekitar 4,3 juta ton. “Jadi, tidak perlu khawatir. Akhir bulan ini justru beras sudah sangat stabil,” jelasnya.

Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre Jatim  Witono mengatakan bahwa hingga kemarin beras yang dikeluarkan dari gudang Bulog sebanyak 492 ton. Beras tersebut digunakan dalam operasi pasar diseluruh Jatim. Gubernur juga menambahkan bahwa untuk menstabilkan harga beras, seharusnya tidak hanya Jatim yang mengadakan operasi pasar, namun daerah sekitar juga harus melakukan hal serupa seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta. “Agar stabil, harus diadakan operasi pasar secara nasional,” jelasnya.

 

Penulis                   : -

Editor                     : Pipit Eriyanto

Sumber                  : Media Indag Vol.X N0.37 Maret 2015