Dukung Jatim Bangkit, Disperindag Jatim Salurkan CSR Bahan Pembuat Kue untuk Home Industry

(Kota Surabaya) – Dalam rangka mendukung upaya Jawa Timur Bangkit sesuai arahan Ibu Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur turut berpartisipasi dengan menyalurkan CSR bantuan berupa bahan pembuat kue dari pelaku industri kepada pelaku usaha home industry yang berada di Kampung Kue, Surabaya.

Bantuan CSR ini diberikan secara simbolis oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur, Drajat Irawan kepada Ketua Paguyuban Kampung Kue Surabaya, Choirul Mahpuduah dengan tujuan untuk memberikan stimulan kepada kegiatan usaha produksi home industry di sektor makanan yang terdampak pandemi Covid-19.

Bantuan CSR yang diberikan berupa 250 pack bahan pembuat kue yang diantaranya dalam 1 pack berisi gula halus, tepung ketan, tepung beras, tepung tapioka, tepung maizena, mie telor, mie keriting, bihun, serta mie suun.

“Kegiatan ini diharapkan dapat membantu para Ibu-Ibu yang tergabung didalam paguyuban Kampung Kue dapat terpenuhi kebutuhan bahan baku produksinya. Sehingga dapat membantu pergerakan ekonomi masyarakat khususnya ditengah pandemi Covid-19,” ujar Drajat dalam siaran pers, Sabtu (21/8/2021).

Sementara itu Ketua Paguyuban Kampung Kue, Choirul Mahpuduah mengatakan rasa syukur dan terimakasihnya atas bantuan yang telah diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Disperindag Jatim khususnya untuk keberlangsungan usaha kue basah dan kue kering yang ada di Kampung Kue.

Choirul bercerita bahwa Kampung Kue digagas pada tahun 2005, pada krisis ekonomi tahun 1998 dampaknya sangat terasa hingga tahun 2005 sehingga dirinya mengajak warga utamanya Ibu-Ibu untuk berkegiatan yang bisa menghasilkan uang untuk mencukupi biaya hidup sekaligus membayar hutang.

“Sampai saat ini anggota kami berjumlah 55 orang dan menjual lebih dari 70 jenis kue basah dan kering. Terdapat pula produk unggulan berupa kue kering yang saat ini sudah dijual di pusat oleh-oleh dan dijual diatas pesawat bahkan sebelum pandemi Covid-19 telah direncanakan untuk ekspor ke Malaysia dan Singapura,” kata perempuan yang akrab disapa Irul itu.

Lanjutnya, sebelum pandemi Covid-19 perputaran omset dalam sehari bisa mencapai Rp. 20 juta. Namun pada awal pandemi hanya bisa bertahan sekitar 10 persen saja. Sedangkan menurut Choirul pada awal bulan Juli 2021 penjualan sudah mulai merangkak dengan memanfaatkan digitalisasi melalui e-commerce dan media sosial sebagai platform penjualan.