Lariskan Penjualan Produk Melalui Live Selling

Lariskan Penjualan Produk Melalui Live Selling

 

Dengan mengkombinasikan elemen hiburan dan edukasi dalam format konten, teknik live selling banyak disukai oleh penjual dan pembeli. Peluang dan manfaat yang di dapatpun terbuka lebar.

Perkembangan teknologi membawa perubahan dalam pola hidup bermasyarakat, termasuk dalam kegiatan jual beli. Kegiatan yang mulanya dilakukan secara fisik/luring, berubah menjadi daring dengan hadirnya berbagai kanal pemasaran terutama social lokapasar (market place).

Seiring dengan berjalannya waktu, kegiatan berbelanja daring menghadirkan kembali suasana berbelanja secara luring pada media daring. Dari sisi penjual kegiatan ini disebut dengn istilah live selling.

Pada dasarnya live selling merupakan proses penjualan produk melalui siaran langsung (live) media digital seperti media social, lokapasar dan website. Konsep live selling bisa juga disebut dengan live shooping, dan mengingatkan kita pada maraknya home shooping televise yang popular beberapa dekade silam.

Ketika itu penjual mempromosikan produknya melalui siaran televisi dan pembeli melakukan transaksi melalui telepon. Proses jual beli pada live selling hampir sama dengan home shooping, namun pembeli dapat berinteraksi secara langsung dengan penjual.

Penggunaan media digital menjadikan live selling erat kaitannya dengan konsep shoppertainment, yaitu teknik menjual barang berbasis konten yang bersifat menghibur dan mengedukasi audiens. Pendekatan ini bertujuan menarik ikatan emosional calon konsumen untuk melakukan pembelian produk. Penjualan yang dilakuka live selling bersifat “halus” (soft selling), karena dilakukan secara tidak langsung dengan meghibur dan mengedukasi calon konsumen mengenai bagaimana produk yang dijual dapat menjawab permasalahn yang kerap dialami mereka.

 

Konsumen masa kini

Di era digital ini, konsumen mengalami pergeseran minat belanja yang mulanya secara luring menjadi daring. Jumlah konsumen digital di Indonesia dilaporkan mencapai 168 juta orang, dengan jumlah total transaksi daring mencapai lebih dari Rp 840 triliun pada 2022.

Pada perkembangannya, konsumen daring mengalami perubahan perilaku lebih lanjut. Saat ini konsumen menginginkan berbelanja dengan lebih mudah lagi, sehingga tekni live selling dapat menjawab kebutuhan ini karena memungkinkan interaksi secara langsung dibandingkan dengan transaksi melalui lokapasar.

Dalam live selling konsumen dapat melihat wujud fisik produk dari berbagai sisi, penjelasan, kegunaan produk peragaan penggunaannya serta bertanya langsung pada penjual. Terlebih lagi 81% konsumen daring suka dihibur dengan konten cerita dan edukasi dimana kedua hal tersebut merupakan esensi dari teknik live selling.

Di Indonesia, konsumen daring sudah banyak yang mengadopsi gaya belanja shoppertainment dan mereka menyukai penjual yang melakukan live selling. Menurut penelitian dari Tik Tok dan Boston Consulting Group, 83% responden Indonesia menyatakan bahwa mereka menyaksikan konten video dan dilanjutkan dengan transaksi pembelian. Konten video disebut berpengaruh 50% pada keputusan konsumen untuk membeli barang. (berbagai sumber )