Ekspor Jatim Masih Tertekan

Ekspor Jatim Masih Tertekan

 

“Belum pulihnya krisis ekonomi di Eropa dan Amerika sebagai tujuan utama ekspor Jatim berakibat menyusutnya permintaan berbagai produk dan komoditas ekspor serta berdampak pada belum stabilnya kinerja ekspor Jatim secara keseluruhan.”

 

P

ada bulan September 2012 mengalami kenaikan namun secara kumulatif nilai ekspor Januari-September 2012 turun sebesar 20,42% menjadi US$ 14,464 miliar. Dibanding ekspor periode yang sama tahun 2011 yang mencapai US$ 14,405 miliar. Ekspor migas pada periode tersebut turun 42,12% menjadi US$ 596,22 juta sedangkan non-migas turun 18,75% menjadi US$ 10,868 miliar dibanding periode yang sama tahun 2011. Badan Pusar Statistik (BPS) Jatim mencatat nilai ekspor Jatim pada bulan September 2012 mencapai US$ 1,504 miliar atau naik sebesar 47,95% dibanding ekspor bulan Agustus 2012 yang tercatat US$ 1,016 miliar. Kenaikan ekspor Jatim pada bulan September 2012 terutama disumbang oleh kenaikan ekspor untuk sektor minyak dan gas (migas) yang mencapai 347,06%. Selama bulan September 2012 mencapai US$ 39,19 juta atau naik 347,06 persen dibanding ekspor migas pada Agustus 2012 yang mencapai US$ 8,77 juta. Sedangkan Ekspor non-migas Jatim pada bulan September 2012 mencapai US$ 1,465 miliar atau naik 45,35 persen dibanding ekspor non migas bulan Agustus 2012 yang mencapai US$ 1,008 miliar.

Menurut negara tujuan, ekspor non-migas Jatim selama bulan September 2012 terutama ke Afrika Selatan dengan nilai US$ 252,13 juta, diikuti Jepang dengan nilai US$ 241,62 juta, China sebesar US$ 182,68 juta, Amerika Serikat sebesar US$ 66,86 juta, dengan kontribusi kelimanya mencapai 59% terhadap total ekspor non-migas. Ekspor barang dan jasa di Provinsi Jawa Timur mengalami defisit hingga pada triwulan ketiga tahun ini. Defisit tersebut menjadi cerminan terjadi perlambatan ekspor ke luar negeri. Hal ini disebabkan belum pulihnya ekonomi Eropa dan Amerika.

Komoditas yang ekspornya melambat adalah furniture, lembaga, dan bahan kimia. Namun, kondisi ini tertutupi oleh penjualan dalam negeri, penjualan barang dan jasa kita ke luar wilayah yang mencapai Rp 27 triliun. Kepala Dinas Perindustrian dan Peradagangan Jawa Timur, Dr.Ir.Budi Setiawan, MMT mengatakan secara keseluruhan, penjualan barang dan jasa di Jatim masih mengalami surplus sebesar 24,6 triliun. “Oleh karena itu, Pemprov terus menggenjot penjualan barang dan jasa ke luar Jatim. Kawasan yang disasar adalah kawasan Indonesia timur, dan kini mulai merambah ke wilayah barat,” katanya. Sehingga Pemerintah Provinsi Jatim akan memaksimalkan perwakilan kamar dagang Jatim yang ada di wilayah lain. Saat ini Jatim telah memiliki perwakilan kantor kamar dagang di 10 daerah, dan akan ditambah hingga mencapai 24 perwakilan kamar dagang.

Selain memaksimalkan perdagangan “ekspor” dalam negeri, perlu menerapkan strategi dan kebijakan ekspor diluar negara yang selama ini menjadi tujuan utama ekspor komoditi Jawa Timur. Salah satu negara yang berpotensi menjadi alternative pasar ekspor nonmigas di Jawa Timur adalah Afrika Selatan. Pada bulan September 2012 nilai ekspor ke negara itu mencapai USD 252,128 juta atau menggeser posisi Jepang yang selama ini berada di posisi pertama dengan nilai ekspor USD 242,624 juta. Ekspor ke Afsel itu 90 persen di dominasi komoditi emas perhiasan disusul batik dan alas kaki.

Selain Afrika, pasar ekspor di negara-negara Amerika Latin juga sangat potensial, salah atunya Venezuela, saat ini Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjajaki ekspor kosmetik dan tekstil Venezuela. Selain sebagai negara salah satu penghasil minyak, potensi pasar di negara ini masih cukup besar, mengingat sekitar 98 oersen kebutuhan garmen mereka mengandalkan impor. Di negara tersebut terdapat peluang yang cukup besar pada produk-produk seperti tekstil, kosmetik, makanan dan minuman (mamin) serta industri lainnya masih mengandalkan impor sekira 98 persen. Peluang pasar ekspor ke negara itu masih terbuka lebar khususnya di garmen.