(Kota Surabaya, 7/1/2020) – Dalam rangka mengatasi kelangkaan dan kenaikan harga kedelai, sesuai arahan Ibu Gubernur Jawa Timur, Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur melakukan langkah cepat sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kedelai bagi Industri Kecil Menengah (IKM) tahu dan tempe yang berada di Jawa Timur.
Beberapa upaya telah dilakukan, salah satunya adalah dengan menggelar rapat koordinasi yang diikuti oleh Satgas Pangan Polda Jatim, OPD di lingkungan Pemprov Jatim (Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan, Dinas Koperasi dan UKM), Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), Bulog Divre V, Biro Perekonomian, PT. Panca Wira Usaha Jatim, PT. Jatim Graha Utama, PT. Puspa Agro, serta Disperindag di wilayah Kab/Kota. Rapat tersebut terus digelar sebagai upaya koordinasi sejak tanggal 4 Januari 2021 hingga saat ini.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur, Drajat Irawan mengatakan bahwa produksi kedelai Jawa Timur selama tahun 2020 sebesar 57.235 ton, sedangkan kebutuhan konsumsi kedelai sebesar 447.912 ton, sehingga terdapat defisit 390.677 ton yang harus dipenuhi melalui impor.
“Menurut pantauan harga di Siskaperbapo, harga kedelai di Jawa Timur baik kedelai lokal dan impor memang mengalami kenaikan sejak 2 bulan terakhir, hingga tanggal 5 Januari 2021 di harga Rp. 9.577/kg untuk kedelai impor dan Rp. 9.652/kg untuk kedelai lokal,” ungkap Drajat memaparkan.
Berdasarkan data BPS Jatim, pada periode Januari-Oktober 2020, impor kedelai sebanyak 698.191,92 ton mengalami penurunan sebesar 10,31% dibanding periode yang sama di tahun 2019. Sementara itu, jumlah panen kedelai pada 3 (tiga) bulan terakhir juga mengalami penurunan yaitu di Bulan Oktober sebesar 10.909 ton, Bulan November 10.681 ton, dan di Bulan Desember sebesar 6.059 ton.
Drajat mengatakan bahwa menurut hasil koordinasi yang telah dilakukan dengan sentra industri tempe Sanan yang berada di Kota Malang (terdiri dari 600-an pengrajin tempe) diperoleh informasi bahwa harga kedelai mengalami kenaikan dan mulai jarang tersedia.
“Namun meskipun mahal, menurut penuturan pengrajin yang ada di sentra industri tempe Sanan, mereka tetap melakukan produksi dengan penurunan sekitar 20%,” jelas Drajat.
Sementara itu, di sentra industri tahu yang berada di Kab. Sidoarjo, juga terjadi kenaikan harga kedelai impor, namun produksi tahu tetap berjalan dengan menurunkan volume produksi. Survei juga dilakukan ke IKM Tempe di Kecamatan Tenggilis Surabaya, dimana harga kedelai saat ini sebesar Rp. 9.100/kg namun produksi tetap dilakukan dengan menaikkan harga.
Kenaikan harga kedelai internasional terjadi sejak 4 bulan terakhir. Berdasarkan data dari www.indexmundi.com, harga kedelai pada bulan Agustus 2020 masih sebesar USD 384,55 per metrik ton kemudian terus mengalamai peningkatan cukup tajam, sehingga pada bulan Desember 2020 mencapai USD 483,26 per metrik ton atau meningkat sebesar 25,67 persen dalam periode Agustus-Desember 2020. Kenaikan harga kedelai internasional tersebut terjadi utamanya disebabkan oleh lonjakan permintaan kedelai dari Tiongkok kepada Amerika Serikat selaku eksportir kedelai terbesar dunia.
“Kondisi tersebut mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan yang kemudian menyebabkan terjadinya hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai,” ucapnya.
Sementara itu disisi lain juga terdapat kendala pada proses importasi yang disebabkan oleh corona strain baru sehingga dikhawatirkan menyebabkan terjadinya pembatasan lalu lintas antar negara.
Untuk mengatasi kelangkaan dan kenaikan harga kedelai, Pemprov. Jatim melalui Dinas Perindag Prov. Jatim, Satgas Pangan Polda Jatim, KPPU, dan OPD di lingkungan Pemprov. Jatim juga telah melakukan koordinasi dengan importir dan berhasil memperoleh dukungan CSR berupa kedelai dengan harga yang kompetitif dari PT. FKS Multi Agro, Tbk untuk membantu IKM tahu dan tempe.