Di tengah penurunan kinerja perdagangan Jawa Timur sebagai imbas diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di awal pandemi Covid-19, peluang peningkatan transaksi dagang datang melalui kegiatan Misi Dagang yang digelar secara online oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur.
Sejak bulan Juni, gelaran misi dagang dilakukan dengan cara yang berbeda dengan pelaksanaan sebelum adanya pandemi Covid-19. Jika sebelumnya para pelaku usaha Jatim dapat bertransaksi secara langsung dengan pelaku usaha di satu Provinsi Mitra, kini kegiatan tersebut dilakukan secara online dengan beberapa Provinsi Mitra.
Drajat Irawan selaku Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur mengatakan bahwa kegiatan Misi Dagang Online dilakukan untuk memacu geliat perdagangan Jawa Timur dengan Provinsi Mitra lainnya di Indonesia.
“Pemerintah Prov. Jatim telah melakukan upaya-upaya pemulihan ekonomi. Untuk meningkatkan nilai transaksi perdagangan dalam negeri, salah satu kegiatan yang digelar adalah Misi Dagang Online,” ungkap Drajat.
Drajat menambahkan bahwa jika pada kondisi normal kegiatan misi dagang maupun pameran antar daerah bisa dilakukan dengan tatap muka dan saling bertemu. Namun, karena terjadinya pandemi Covid-19 maka kegiatan dengan mengundang Provinsi Mitra secara langsung belum bisa dilakukan.
Pada tahun 2020, misi dagang telah dilakukan sebanyak 5 kali. Total kegiatan offline sebanyak 2 kali yaitu di Medan dan Pekanbaru. Selanjutnya ditengah pandemi Covid-19, dilakukan sebanyak 3 kali secara online pada bulan Juni, Juli, dan Agustus dengan beberapa provinsi mitra.
“Pada bulan Juni kita uji coba dengan mempertemukan pelaku usaha menengah besar Jawa Timur dengan pelaku usaha di 4 Provinsi Mitra yakni Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua Barat,” ungkap Drajat.
Kemudian pada bulan Juli dengan 6 Provinsi Mitra antara lain Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Maluku Utara.
“Untuk wilayah Kawasan Indonesia Timur, ketergantungan terhadap Jawa Timur akan kebutuhan bahan pokok memang besar. Komoditi seperti beras, gula, minyak, dan bahan pokok lainnya pasti ada. Selain itu setiap Provinsi Mitra memiliki karakteristik masingmasing terhadap kebutuhan komoditi,” kata Drajat.
Sedangkan di bulan Agustus mempertemukan sebagian pelaku usaha Jatim dengan 5 Provinsi Mitra jalur lintas selatan yaitu Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bertujuan untuk menggerakan jalur ekonomi di jalur lintas selatan.
“Jadi transaksi misi dagang online hingga saat ini sebenarnya tetap berjalan, kita bangun jaringan melalui media komunikasi dengan harapan peluang dan manfaat yang besar bagi para peserta untuk bertukar informasi dan bertransaksi,” imbuh Drajat.
Gelaran misi dagang juga melibatkan OPD Prov. Jawa Timur terkait seperti Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan, dan dinas lainnya untuk saling berkoordinasi terhadap ketersedian komoditas yang akan diperjualbelikan.
Selanjutnya, misi dagang yang akan digelar di bulan September ini dilakukan secara hybrid dimana para pelaku usaha Provinsi Mitra akan dipertemukan secara online, sedangkan para pelaku usaha Jatim akan dipertemukan di satu titik lokasi yang sama secara offline.
“Harapannya dengan mempertemukan pelaku usaha Jatim di satu titik lokasi maka jika ada kecocokan dapat langsung bertransaksi. Begitu pula dengan pelaku usaha Jatim dengan pelaku usaha di Provinsi Mitra,” kata Drajat.
Selain misi dagang, kegiatan ini juga akan menampilkan pameran produk unggulan Jatim yang harapannya dapat meningkatkan transaksi perdagangan. Namun dengan memperhatikan penerapan protokol kesehatan Covid-19 yang ada.