KUCURAN KREDIT UNTUK INDUSTRI KECIL MENENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR akan focus menggarap industri kecil dan menengah pada tahun 2016. Selama ini sektor kecil dan menengah itu menjadi penopang utama mata pencaharian warga Jawa Timur. Menurut data Badan Perencanaan dan Pembangunan Jawa Timur, kontribusi usaha industri kecil menengah dalam penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur mencapai 94 persen. Sumbangan sektor ini pada produk domestic regional bruto mencapai 54,84 persen. “Ini sesuai perintah Pak Gubernur, tahun depan (2016) harus focus pada IKM.” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Timur, Pattah Jasin, Jumat (11/12) untuk tahun depan, Pemprov Jawa Timur telah mengalokasikan dana sebesar Rp1,7 triliun dari APBD 2016 guna menunjang sektor usaha industri kecil. Dana tersebut disebar di beberapa SKPD, di antaranya di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian serta Dinas Peternakan.

“Dana ini akan bergulir lewat Bank Jatim dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Jatim, “kata Jasin. Pada tahap awal sebanyak 2.000 usaha Industri mikro kecil dan mwnwngah di Jawa Timur akan mendapatkan kucuran kredit lunak dari pemerintah provinsi. Masing-masing diperkirakan mendapat kucuran dana sebesar Rp20 juta. Syarat untuk mendapat kucuran dana yaitu penghitungan omsetnya jelas. Salah satu indikatornya adalah laporan keuangan yang lengkap. Gubernur Jatim Soekarwo menjamin kredit lunak itu akan bisa dicairkan Januari 2016. “Sudah siap semuanya, calon penerima kredit juga sudah terdata. Jadi tinggal pencairan saja,” kata Soekarwo. Sesuai konsep awal, besaran bantuan untuk para pelaku usaha mikro kecil tersebut bervariasi. Pencairan disesuaikan dengan jenis usaha dan kemampuan keuangan masing-masing. “Maksimal Rp20 juta, tergantung usahanya. Kalau yang kecil ya kurang dari itu,” ujar Gubernur.

Laboratorium Standarisasi

            Pemerintah Provinsi Jawa Timur memandang serius dibukanya kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) pada 2015 mendatang. Berbagai persiapan dilakukan sebagai penyiapan laboratortium standarisasi industri kecil dan menengah (IKM). Saat menjadi pembicara utama (keynote speaking) seminar nasional bertema “Potensi Daerah dan Peningkatan Daya Saing Indonesia di era MEA,” di Gedung Rektorat Universitas Airlangga, Surabaya, Kamis (20/11), gubernur menjelaskan , laboratorium standarisasi IKM berbentuk mobil yang di dalamnya memberikan berbagai fasilitas pelayanan standarisasi dan sertifikasi barang dan jasa. “Keberadaan mobil ini nantinya akan berkeliling di setiap daerah yang ada di Jatim,” ujar dia.

            Soekarwo menjelaskan, di dalam laboratorium standarisasi IKM, akan dijelaskan secara mendetil pengetahuan bahan baku produk, cara desain produk, pemasaran, pelatihan, sertifikasi halal, Sertifikat Nasional Indonesia (SNI), perlindungan produk, hingga peningkatan kualitas SDM secara teknis hingga manajerial. Dia menggambarkan, mobil yang didesain khusus tersebut juga memberikan petunjuk mengenai pelayanan permodalan yang bekerja sama dengan Bank UMKM Jatim sekaligus bimbingan standarisasi dari lembaga yang kompeten, “Mobil tersebut akan berkeliling di setiap daerah di Jatim dan akan berhenti di empat Bakorwil guna memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang pentingnya standarisasi menghadapi Pasar Bebas ASEAN, “ujar Soekarwo. Dalam kesempatan tersebut, Soekarwo mengingatkan pentingnya daya asing masyarakat Jatim dalam kompetisi pasar bebas ASEAN kelak. Menurut dia, daya saing sangat ditentukan oleh infrastruktur. Kualitas SDM, serta pengelolan yang efektif barang dan jasa.

            Menurut Soekarwo, peluang dan tantangan akan semakin terbuka lebar dalam pasar bebas ASEAN 2015 kelak. Salah satu peluang tersebut menurut dia, adalah memanfaatkan ASEAN sebagai pusat jaringan produksi (production netwoek) dan kawasan tujuan investasi. Selain itu, ia mengatakan, pasar tunggal memudahkan pembentukan joint venture dengan lebih memudahkan akses bahan baku yang belum dapat dipasok dari dalam negeri. Sedangkan tantantangan yang harus dihadapi, menurut Soekarwo adalah meningkatkan transfer teknologi industri dari Negara maju ke Negara berkembang. Transfer teknologi industri tersebut, menurut dia, dapat yang menciptakan pasar seluas 4,47 juta kilometer persegi, dengan potensi pasar lebih kurang sebesar 625 juta jiwa.