PROVINSI INDUSTRI AGRO ON FARM

Gubernur Jawa Timur, DR H.Soekarwo Senin (14/2) mencetuskan gagasan akan menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi industry agro pn farm. Gagasan ini sebagai pengembangan dari visi provinsi Agro Industri yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah  Daerah (RPJMD). Dalam RPJMD Jatim yang ditetapkan Oktober lalu di antaranya menguraikan visi untuk menjadikan jatim sebagai Provinsi Agro Industri terkemuka di Asia, “Itu kan namanya visi, akan terus dikejar. Lain dengan program, ada batas waktunya,” ujar Soekarwo, Senin (5/10)

Inovasi dan kreasi diperlukan untuk menghasilkan makanan olahan dari produk pertanian. “Apalagi persaingan di MEA sangat ketat, “tambah gubernur. “Sentuhan kreatif pada kemasan ikut menentukan daya saing produk makanan olahan.” Dengan demikian, kata gubernur, pendapatan generic bisa naik sehingga kemampuan untuk belanja petani pun naik. Nantinya, sebagian pendapatan harus disimpan dan ditabung sebagai bekal di kemudian hari. “jadi jangan sampai dihabiskan semuanya untuk belanja konsumsi,” tuturnya.

Pertumbuhan produk makanan olahan di Jawa Timur selama lima tahun berjalan di atas rata-rata pertumbuhan nasional. Sampai dengan semester III/2015 pertumbuhan industri makanan olahan di Jawa Timur tercatat sebesar 5,6 persen dibanding pertumbuhan nasional sebesar 4,22 persen.

Pertumbuhan Industri Olahan Jawa Timur

TAHUN

NASIONAL/%

JATIM /%

2011

2,23

4,57

2012

5,62

6,73

2013

4,49

5,85

2014

4,63

7,66

   2015*)

4,22

5,60

*) sampai semester III

 

 

 

Kebijakan

Visi agro industri, kata gubernur, didasarkan pada jumlah penduduk Jawa Timur yang bekerja di Sektor pertanian saat ini semakin menyusut. Sebelumnya pada kisaran 60% penduduk Jawa Timur bekerja di sektor pertanian. Sekarang posisinya tinggal sekitar 35%.Agar hasil pertanian yang melimpah tersebut tidak membusuk, maka petani harus masuk pada industri-industri. “Yang kita validasi industri primer, yaitu yang mengolah dari bahan baku menjadi bahan setengah jadi dan di tempat produk pertanian itu dihasilkan. Jadi proses hulu hilirnya satu lokasi.” tegasnya. “Kalau hilirnya perusahaan besar, petani akan tetap miskin, terutama buruh taninya,”tambah gubernur. Jika tenaga kerja di Jatim produktif, maka 35% dari jumlah penduduk yang menjadi petani konvensional akan bergeser menjadi 20%, sehingga buruh taninya juga berkurang. Dengan berkurangnya jumlah buruh tani, maka akan menaikkan pendapatan.

Semangat Jatim sekarang harus fokus menjadi provinsi industri. “Tidak mungkin kita akan memberikan nilai tambah kepada masyarakat Jawa Timur kalau hanya dijual dalam bentuk bahan baku, “jelasnya. Mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi merupakan jalan bagi jatim untuk lebih berkembang, “ini jalan untuk melintas, atau bahasan pembangunannya kuantum kita atau loncatan kita untuk menjadi provinsi industri. “ungkapnya. Untuk mengarah menjadi provinsi industri, lanjutnya, harus dimulai dengan mengembangkan nilai tambah pada bahan baku, “Dari aspek bahan baku kita cukup bagus secara kuantitas dan kualitas. Bahkan terbaik di Indonesia,” katanya.

Soekarwo pun menegaskan tiga hal guna menjadikan jatim provinsi industri. Pertama, sektor industri harus dibenahi dan dijadikan padat karya tetapi juga produk dan kualitasnya harus kualitas bagus. ‘jadi industri itu output proses dan ouput kualitasnya harus tetap bagus, “ujarnya. Kedua , dari hal efisiensi maka industri memang perlu mekanisasi dengan menggunakan mesin. “memang kalau menggunakan mesin sangat efisien tapi mengakibatkan pengangguran lebih banyak. Maka kemudian butuh skema pembiayaan yang jelas. Tenaga kerja yang terampil dan terlatig tetap terserap tapi tetap memiliki nilai efisiensi tinggi, ujarnya” Ketiga, aspek harga produk haruslah murah saat dipasarkan, “kalau produk berkualitas dan harganya murah maka banyak dicari,” jelasnya.“Tiga hal tersebut yang harus dilakukan yakni industrialisasi di sektor primer dan sekunder, bahkan kalau bisa plus tersier yaitu jasa, “tambahnya.

Mendongkrak pembangunan

Aviliani pengamat ekonomi kelahiran kota Malang, Jawa Timur, menilai kebijakan mengembangkan agroindustri oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus dilanjutkan karena mampu mendongkrak pembangunan. “Strategi menghubungkan sektor industri dengan produksi pertanian yang dikeluarkan Pemprov Jatim dapat mendongkrak pendapatan masyarakat petani,” ujarnya ketika ditemui wartawan di Surabaya, senin (5/10). Kebijakan yang memberikan akses petani agar produknya bisa diserap industri makanan dan minuman ini, kata dia, sejalan dengan konsep ekonomi kesejahteran yang memperhatikan majunya semua kelas masyarakat. “Apalagi sekitar 40 juita penduduk bekerja di sektor pertanian yang tingkat pendapatannnya masih rendah,” kata Aviliani yang juga penelliti “institute for development or economice and finance” (INDEF) yang juga diangkat sebagai sekretaris komite ekonomi nasional (KEN)

Pengembangan industri agro on farm juga telah didukung oleh jaringan daerah-daerah produsen ke pasar.“Saat ini jatim telah membangun infrastruktur yang memadai guna memperlancar arus transportasi serta pengembangan investasi di jatim, di antaranya membangun jalan darat dengan rute utara mulai dari Tuban-Surabaya-Banyuwangi sepanjang 218 km.